Dear Bisma (SM*SH)
Halo honey, dengan melayangnya surat ini, hati saya seperti perih bagaikan luka diberi sambal. Setiap malam, saya tidak bisa tidur karena banyak nyamuk wajahmu membayangi. Engkau bagaikan Nunung. Senyummu seperti kucing yang sedang maraton. Kutunggu datangmu setiap jam 3 pagi di kuburan.
Saat kita pertama bertemu di Dunia fantasi, waktu itu kita duduk dibawah pohon bonsai, aku mencoba membelai kaki engkau malah berucap "...seleraku...". Engkau mulai berdiri, pelan saja persis sepeti acara infotainment.
Saat di tepi Jatiluhur, engkau menunjukkan matamu. Wow keren, tapi aku merasakan antara suka cita dan takut serta berharap "Rindu setengah mati". Kau tunjukkan bajumu yang dibeli dari Borobudur, kulihat masih tertera harganya seribu dapat tiga dengan merek beras kencur. Waktu itu aku merasa seperti Kajol dan kau seperti Syakh Rukh Khan.
Masih terngiang dalam benakku, pertemuan kedua kita di Mandala Krida, kulihat engkau memakai rok panjang warna oranye, bibirmu engkau cat dengan cat kayu. Engkau mengenakan topi rimba. T-shirtmu bertuliskan Jika sakit berlanjut, hubungi dokter dengan warna merah. Dari kejauhan, engkau terlihat seperti matador yang telah pensiun.
Pertemuan ketiga kita sewaktu di Jw Marriot, kulihat engkau berada diatas genting. Kuberi kau salam mesra dan kau menjawab dengan senyuman asam, mirip seperti ayam yang baru keluar dari aromatherapy. Rupanya engkau baru dikejar anjing. Baru kusadari engkau adalah seorang buaya yang berlagak seperti bidadari. Aku jadi takut sampai gemetar.
Biarlah ku pulang sendiri, naik bajai menuju Bantaran Kali Code dan kuberikan isi dompetku semuanya. Lebih baik telinga panas dimaki sopir daripada kerbau liar.
Dari aku yang pegel linu.
Kiki.

No comments:
Post a Comment