Wednesday, September 23, 2020

Menikah saat pandemi - Ditunda.

 Bhaik. Setelah tiga minggu, mari kita lanjutkan postingan sebelum ini. Terakhir aku bilang, bahwa kami adalah pasangan yang beruntung. Tapi kata beruntung seperti menghantuiku. Kayak kurang pas gitu, maka aku ganti jadi banyak hal yang kami bisa kami syukuri dari penundaan pernikahan kami kemarin. Kok bisa? Yaaa bisa. Yang sudah terjadi, cuma bisa kita lalui dan ambil hikmahnya aja kaaan? Hazeq.


Kami, khususnya aku, bersyukur karena konfirmasi penundaan ini terjadi di H-sebulan. Yang mana, masih ada waktu untukku menata hati yang berantakan karena realita tak berjalan sesuai rencana. Ha yang diliput NarasiTV itu lho, mbak masnya memutuskan menunda menikah di H-seminggu. Uwwwoooh.

Bayangan-bayangan yang udah disusun dengan indah, perlahan dibuat samar. Ketakutan yang muncul karena corona-corona ini. Nggak boleh rame-rame, nggak boleh ke sana ke sini. Isu bahwa segala akses mudik akan ditutup. Akhirnya, malam itu, kami putuskan untuk menunda. Yaaa jelas menangis tersedu-sedu sampe banjir-banjirlaaah. Segala rayuan dilontarkan masG untuk menghibur. Aku nggakpapa kalo memang harus ditunda. Tapi, jangan halangi aku untuk bersedih. Biarlah. Ini manusiawi. Ye kan? Terima kasih, masG yang sabar mendengarkan tangisanku malam itu.


Banyak temennya dan bisa dimaklumi. Nggak bisa dipungkiri, sebagai makhluk sosial, aku pasti kepikiran omongan orang-orang. Kalo bukan karena kondisi pandemi, menunda pernikahan akan membuat orang-orang berasumsi kan. Dan ini kami udah ngumpulin keluarga, bagi-bagi seragam, yang tinggal dikit lagi loooh. Gitu. Mendekati hari H di rencana awal, beberapa saudara bertanya-tanya. Ini jadi apa enggak? Gitu. Yah, Alhamdulillah. Kami banyak temennya yang merasakan berantakannya pernikahan ditunda karena keadaan ini. Alhamdulillah karenanya jadi dimaklumi. 


Selanjutnya, pernikahan kami dilaksanakan dua setengah bulan dari tanggal seharusnya. Ketika PSBB Jakarta udah dilonggarkan. Walaupun pandeminya malah makin parah ya sebenernya. 

Selama tiga bulan setelah keputusan untuk menunda, aku sama sekali nggak mau pegang apapun itu yang berhubungan dengan acara nikah. Gaunku yang belum dicoba, tag souvenir yang udah ada tanggal awal nikahannya, tanggal sablonan souvenir yang satunya lagi, desain undangan, dan sebagainya. Tapi, di hari-hari itu ada aku pake untuk mengenal masG dengan merayu dia ikutan Talent Mapping. Gunanya apa? Dari talent mapping ini, kami jadi bisa saling mengenal. Lebih tau sifat masing-masing, potensi masing-masing, kesukaan masing-masing. Tbh, aku sekarang lagi cari-cari file hasil talent mapping masG karena aku lupa lupa ingat hasil talent mapping kami. Yash.


Karena ditunda ini jugaaa, aku jadi bisa ikutan Bimbingan Perkawinan yang diadain sama KUA Kecamatan. Naaah ini aku bakal bahas di postingan lain deh yaa biar nggak kepanjangan.


Laluu gimana protokol yang dipake waktu acara, Ki? Next post yaa shayaaank 

Tuesday, September 1, 2020

Hello September!

Haaaallloooo. Selamat datang, September! 
Hari pertama di bulan September 2020 dan ini adalah hari ke 17 ku menyandang status sebagai istri 

Yaaasssshhhh. Alhamdulillah. Setelah postingan terakhir adalah (harusnya) H-4, sekarang ku sudah menjadi istri. Uhu terharu kayak percaya nggak percaya. Setelah drama ina ini ita itu yang terlewati. Bukan drama yang gimana gimana, but still drama yang membuat aku yakin nggak yakin kalo pernikahan ini akan benar benar terjadi.

Tertundanya rencana pernikahan kami sebelumnya, membuat aku merasa seperti ngambang. Setelah tanggal kedua ditentukan, aku masih nggak seyakin sebelumnya. Jujuurrrr bikin pusing sama rasanyaa ituu. Hatiku rasanya belum tenaang kalo belum sampe di hari H, melihat masG hadir dengan sehat selamat di rumahku. Selama seminggu sebelum hari H rasanya nggak gimana gimana selain harus berdamai dengan asam lambung yang tak henti henti mewarnai hari hariku. Mual setiap hari, badan rasanya iya iya enggak enggak, pusing dan sebagainya. Sampaaai mungkin ini juga yang bikin beberapa hal jadi miss. Wk

Tapi dari sekian keluhanku, aku dan masG adalah salah satu dari sekian pasangan -yang harus menunda pernikahan kami- yang beruntung. Kenapa gitu? Karena...

Tuesday, May 26, 2020

(Harusnya) H-4

Dah mapan mau tidur. Trus inget besok tanggal 27 Mei. Nggak jadi tidur aku. Ambil henpon, memberanikan diri buka kalender. Sebenernya aku mau melakukan ini sejak setengah bulan yang lalu. Tapi waktu itu cuma buka doang trus capture, trus kelupaan. Malam ini, aku harus lakukan sebelum besok dia bunyi malah bikin aku makin nggak karuan.

4 days left. Deleted. 

Satu setengah bulan yang lalu kami memutuskan untuk menunda acara ini. Semua acaranya. Ditunda. 

Banyak yang bilang 'akad aja nggakpapa kan?' 'resepsinya besok aja kalo udah normal lagi'. Terima kasih sarannya teman teman sekalian. Perlu diketahui, apabila memang bisa akad aja, pasti akan kami lakukan. Salah satu faktor yang membuat kami menunda adalah, calon mantennya ada di red zone. Kecil kemungkinan untuk bisa ke sini apalagi kalo harus pake karantina 14 hari. 

Aku dapet banyak cerita yang temen temennya menunda acara besar mereka. Ada 8 temennya ponakanku yang nunda nikahan mereka karena corona ini. Gila banyak bgt. Klien vendor dokumentasi aku, waktu aku bilang tunda, ada 5 klien yang udah konfirmasi penundaan. Itu udah sebulan yang lalu. Tetanggaku, dia kerja di vendor dokumentasi juga, jadwalnya kosong sampe akhir Juni. Waw.

Dibalik kesedihan kesedihan ini, ada Yang perlu aku syukuri dari penundaan ini antara lain,
Keputusan penundaan acara kami sudah diketok sejak satu setengah bulan lalu. Yang mana aku masih punya waktu untuk menata hati hingga hari di mana harusnya kami melangsungkan acara itu. Tapi meski begitu, ya nggak bisa boong kalo di minggu minggu ini akan jadi sangat sensitif apalagi mau mens gini. Hahahaha.
Kedua, hampir semua vendor aku aman untuk ditunda. Banyak vendor yang belum di DP. Yang udah cuma dokumentasi sama catering. Alhamdulillah karena venue nya di rumah, rencana pake dekor, sound, dan tenda dari tetangga, jadi semua bisa banget diatur. Alhamdulillah. Alhamdulillah banget.
Dikasih waktu lebih banyak lagi untuk belajar. Belajar mengenal diri, belajar ikhlas, belajar untuk fase kehidupan berikutnya. 

Judulnya pengennya nggak gitu. Tapi yaudahlah. Dari pada aku pendem, aku tulis aja sekalian. Semoga setelah ini segera hilang ditelan ikhlas.

Segini dulu. Tadi aku ngetweet tentang doa. Nanti aku capture. Setelah nikah mungkin aku baru bisa ceritain lengkapnya. Kita masih lihat situasi dan kondisi. Mohon doanya semoga semua lancar ya guys. Kami diberi kesempatan dan diberi kekuatan. Aamiin.

Thursday, April 2, 2020

Setelah Seminggu #dirumahaja

Kamis, 2 April 2020 hari pertama aku piket kerja lagi setelah seminggu kemarin work from home. Kerasa berat banget ketika diputuskan untuk akhirnya ada piket lagi setelah layanan tutup. Berat karena ada banyak kemungkinan yang bisa terjadi ketika aku keluar rumah di keadaan seperti ini. Terlebih pekerjaanku akan ketemu banyak orang. Kalo mereka nggak #dirumahaja hee

Yakin deh nggak cuma aku yang ngerasa kayak capeeeek bangett, pusing banget sama keadaan yang begini ini sekarang. Berita-berita yang muncul, tanggapan-tanggapan yang di luar rasa kemanusiaan. Aduh aku kayak gila banget habis lihat video orang-orang yang nolak sampe caci maki jenazah covid19. He ya siapa gitu lho yang pengen sakitttt. Dia juga mungkin nggak tau dapet virus itu dari mana. Ya Allah semoga langsung masuk surga itu. Aamiin

Saking pusing dan capeknya hati dan perasaanku. Jangan bayangin capeknya gimana. Pasti banyak yang lebih capek. Tapi biarkan aku pake kata capek ini untuk mendeskripsikan perasaanku. Oke? Yadah aku ulang. Saking capeknya hati dan pikiranku, aku kayak bingung sendiri gitu. Semalem aku dibikin bingung sama keputusan apakah hari Kamis ini aku harus sholat dhuhur di kantor atau di rumah aja biar aman? Tapi kalo di rumah, ya kita nggak tau nih bakal ada apa di jalan nanti. Ituuu aja aku pikir sampe pagi. Sembari melakukan aktifitasku pagi hari sebelum ngantor. Walau akhirnya aku tetep masukin mukena ke dalam tas untuk jaga-jaga. Bangun tidur nyapu, mandi, sarapan, ganti baju, dandan. Sampe pada aktifitas aku pakai kaos kaki. "Heh! Aku kan lagi mens! Ngapain pusing mikir nanti mau sholat di mana???". Langsung aku rasanya pengen geblek-geblekin diri sendiri. Ketaawa sendiri sambil ngeluarin mukena dari tas dan memastikan kalo aku dah masukin pembalut ke tas.

Baik. Aku rasa aku perlu karantina sosmed-sosmedku dari segala macam berita yang bikin otakku makin nggak waras. 

Stay safe, everyone. Yuk putuskan tali rantai covid19 ini biar aku jadi nikah dua bulan lagi, guys. Aamiin

Thursday, January 30, 2020

25

Oke. Sehari sudah aku menjalani usia 25. Buanyaaak banget yang harus banget disyukuri setelah melewati usia 24 yang aku aja lupa kalo ternyata usiaku dah segitu ya. Kalo dingetin udah segitu langsung kaget. Lho? Iya ta?

Alhamdulillah...
Memasuki usia 25 ditemani keluarga lengkap. Alhamdulillah semuabisa ada di satu tempat. Bersyukur banget nggak terkira. Karena belum tau nih, tahun depan bisa kumpul full nggak ya pas mengulang hari kelahiran.

Keluarga... Nggak bisa lah dijelasin pake kata-kata. Blessed banget.

Alhamdulillah. Mas calon suami juga ada. Menyapa lewat video call. Setelah tahun kemarin aku ngambek kesel karena dia nggak ngucapin nguekeklah. Ko cah cilik banget ahha. Ya sebut saja kami sedang belajar love language yaaa... Semoga tahun depan bisa menyambut tahun baru bersama ya, Mas. Aamiin

Alhamdulillah. Banyak doa baik mengalir dari saudara dan teman-teman. Terima kasih banyak masih mengingat aku. Terima kasih banyak sudah berbagi doa baik untukku. Semoga doa-doa baik yang kalian ucapka, di-Aamiin-kan oleh malaikat dan kembali pada kalian. Seneng. Seneng banget.

25 ini. Aku ingin memulai hidup sehat. Jasmani dan rohani. Jiwa dan raga. Dengan cara?
- Nggak tidur lagi habis sholat subuh
- Banyak minum air putih. Kurangin minum manis-manis
- Banyak makan sayur & buah
- Olahraga!

Wih! Keren kan? Wkwk semoga yaa..

Mau cerita banyak. Tapi gimana ceritanya ya? Foto menyusul deh, belum dikirimin potonya hehehe.

Bismillah. Semoga kita bertemu lagi di tahun-tahun ke depan. Semoga aku bisa kembali menghidupkan blog ini. Bismillah.

Sunday, January 5, 2020

Rejeki Tidak Akan Tertukar

Sabtu, 28 Desember 2019

Kantorku ngadain acara Jalan Sehat dalam rangka hari jadi Kementerian Agama. Kita sebut dengan Hari Amal Bakti (HAB). Ini acara tahunan dan ini kedua kalinya aku ikut acara jalan sehat ini. 

Not trully jalan bikoz yang tahun lalu aku bertugas buat dokumentasi video, dan tahun ini bertugas ngumpulin kupon undian di pos terakhir sebelum finish. Yasssh, ada banyak doorprize yang dikumpulin dari unit kerja & satuan kerja serta dari rekanan kantor. Kayak tahun lalu, doorprize utama di tahun ini ada mesin cuci dan dua buah sepeda. Tahun lalu ada kulkas juga sih.

Beberapa hari sebelum hari H, sepeda doorprize udah ada di kantor. Disimpen di ruanganku. Sejak saat itu, aku sholawatin. Pengen punya sepeda, guys. Palagi jaman now lagi banyak yang olahraga sepedaan tuu. Ya memang sih itu niat utamaku. Bukan karena memang ingin buat olahraga ekeke. Dah salah duluan.

Waktu hari H, tiga doorprize yang dikeluarin ada mesin cuci dan dua buah sepeda tadi. Yaah nggakpapa deh aku mau mesin cucinya juga buat modal berumah tangga ye kan. Berdoa tuh, sekenanya sih. Sampai akhirnya doorprize habis, nomer kuponku tak terpanggil. Yaa gimana rasanya berharap nggak berharap gitu trus nggak dapet kan. Biasa aja tapi ya gemes juga kenapa nggak dapet. Gitu kan

Hingga akhirnya...

Ku hitung deh dua hari setelah acara Jalan Sehat. Aku lupa deh itu soalnya hari Senin atau Selasa. Pokoknya itu. Aku bekerja seperti biasa. As FO ya di kantor aku. I mentioned before kan. 

Aku dapet tamu mau ngajuin Izin Operasional Pondok Pesantren. I asked his name. He answered and he said 'Yang kemarin dapet mesin cuci, mbak'. He showed me his big smile. 

M : Me, B : Bapak yang dapet mesin cuci

M : Alhamdulillah, pak. Udah dipake, pak mesin cucinya?
B : Sudah, mbak. Sampe rumah langsung dipake. Alhamdulillah
M : Bawanya pake apa, pak? Bawa mobil?
B : Pake grab, mbak. Aku bawa motor e. Jadi tak orderin grab
M : Alhamdulillah bermanfaat ya, pak
B : Banget, mbak. Sebelumnya tu pas hari Ibu itu aku lagi di luar kota. Ibunya (istrinya) aku telpon 'Selamat hari Ibu ya, Bu' makasih katanya trus nanyain hadianya apa. Aku jawab aja hadiahnya besok kalo udah pulang. Alhamdulillah eh dapet mesin cuci, mbak.

Aku langsung takjub. Allah pas kasih mesin cucinya untuk si Bapak. Kalo aku yang dapet, ya masih akan nganggur sampe 5/6 bulan ke depan sih. Alhamdulillah si Bapak yang dapet. Mesin cucinya jadi lebih bermanfaat. 

---

Saturday, January 4, 2020

Resep - Sop Telur Tomat



Aduuhh ini favorit sihhh

Hasil searching di youtube yang setelah dicoba ternyata suegernyaaaa Masya Allah. Cuma tinggal siapin bawang putih, daun bawang, merica, gula dan garam. Jangan lupaaa telur & tomatnyaa.

Caranya?
1. Iris kecil-kecil bawang putih
2. Iris daun bawang untuk topping. Batangnya diiris agak gede nggakpapa.
3. Potong tomatnyaa +- jadi 8 potong
4. Kocok telurnya. Dikasih garem dikit boleh jugaa

Trus gimana?
1. Tumis bawang putih sampe harum. Tambahin batang daun bawang
2. Masukin tomatnyaa. Tumis bentar. Trus tambahin air
3. Tunggu sampe mendidih, masukin telur yg dikocok tadi
4. Tunggu telurnya mateng, tambahin merica, gula dan garam sesuai selera.
5. Tunggu sampe mendidih, matiin api. Kasih irisan daun bawang untuk toppingnyaa. Selesaaai